BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan
pasti memiliki unsur-unsur pembangun atau konstruknya. Dan dalam pembahasan
ilmu pengetahuan secara filsafat banyak sekali pendapat yang mempengaruhi
sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda dan menghasilkan akibat yang bermanfaat
atau merugikan tergantung dari unsur pembangun dari ilmu itu dan bagaimana ilmu
itu digunakan. Jika ilmu itu hanya memandang sisi fisik dari hal yang dikaji
maka akan menghasilkan pemahaman berupa ilmu eksak atau ilmu fisik saja. Yang
akhirnya melahirkan ilmu pengetahuan yang menghasilkan berupa teknologi seperti
saat ini. Namun ada resiko bahwa ilmu peegtahuan dan teknologi tersebut
menghasilkan dampak yang beresiko bagi kehidupan.
Suatu
ilmu yang hanya mengkaji tentang agama saja misalnya, akhirnya dikhawatirkan
tidak dapat menghasilkan kemanfaatan secara nyata bagi manusia secara umum.
Karena kajian agama dewasa ini banyak yang hanya menjelaskan hablun minallah
saja tanpa memperhatikan hablun minannas dan hablun minalalam.
Berdaasarkan
hal itu maka ilmu pengetahuan harus dapat diarahkan dan dikembangkan demi
membangun kemanusiaan dan peradaban umat manusia. Dengan berbagai cara yang
dapat kita lakukan. Yang terpenting adalah ilmu tersebut tidak hanya focus pada
pada satu titik namun harus berkembang dan menghasilkan kemanfaatan. Dan unutuk
mencapai kemanfaatan tersebut perlu dilakukan kajian tentang ilmu itu sendiri
dan unsur-unsur pembangunnya.
Bertolak
dari penjabaran diatas, maka penulis mencoba menjabarkan tentang ilmu secara
deskriptif dan menjelaskan sejarah perkembangan ilmu serta kontruk ilmu
pengetahuan itu sendiri.
B.
Rumusan
masalah
a.
Bagaimana Islam memandang Ilmu
Penegtahuan?
b.
Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu
Pengetahuan?
c.
Bagaimana seharusnya kostruk Ilmu
Pengetahuan?
d.
Bagaimana kontribusi Ilmu dalam
kemanusiaan dan peradaan?
C.
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata
kuliah falsafah kesatuan ilmu dan untuk membantu penulis khususnya dan pembaca
sekalian umumnya untuk lebih memahami kontribusi ilmu pengetahuan Islam bagi
kemanusiaan dan peradaban. Serta membantu penulis untuk proses belajar dan
perbaikan penulisan karya tulis ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ilmu dalam Pandangan
Islam
1.
Pengertian
Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari Bahasa
Arab علم, masdar dari lafadz علم -يعلم yang berari tahu atau
mengetahui. Dalam Bahasa Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata Science,
sedang pengetahuan dengan Knowledge.
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat
melalui proses tertentu yang dinamakan metode penelitian. Dari pengetahuan ini,
ilmu lebih bersifat kegiatan daripada produk yang siap dikonsumsikan.[1]
Definisi yang
lain, ilmu diartikan sebagai rangkaian proposisi yang hanya bisa
dibuktikan melalui eksperimen indrawi.[2]
Sedangkan Menurut devinisi kamus besar bahasa Indonesia, Ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu.[3]
Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang
bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang ang diperoleh melalui pendekatan
atau cara pandang, metode, dan system tertentu. Jadi pengetahuan yang benar
tentang obyek itu tidak bisa dicapai secara langsung dan sifat dari padanya
adalah khusus.[4]
2.
Ilmu dalam
Pandangan Al-Qur’an dan Hadits
Dalam agama Islam, ilmu menempati kedudukan
yang sangat penting. Hal ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur’an yang
memandang tinggi dan mulya derajat orang-orang yang berilmu. Ditambah lagi
hadits-hadits yang menunjukkan bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban
bagi setiap muslim. Diantaraya adalah disebutkan dalam QS. Almujadila ayat 11:
يَا اَيُّهَا
الَّذِ ْينَ اَمَنُوْا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فى المجالس فافسحوا يفسح
الله لكم واذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم
درجت والله بما تعلمون خبير
“Hai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu “berlapang-lapanglah dalam majlis” maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan “berdirilah kamu “, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
bebberapa derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
diberi Ilmu Pengetahuan. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS.Al-mujadila : 11)
Dari ayat
tersebut, kita dapat memahami bahwa Ilmu merupakan hal yang penting dalam Agama
Islam. Islam meninggikan derajat orang-orang yang memiliki Ilmu. Dalam ayat
lain Allah menjelaskan betapa pentingnya membaca yang merupakan salah satu
media terbaik dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
ٱقْرأْ بٱسْمِ رَبِّكَ ٱلّذَي خَلَقَ خَلَقَ ٱلإنْسٰنَ مِنْ عَلَقٍٱقْرأْ
وَرَبُّك ٱلأَكْرَمُٱلّذِي عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ عَلَّمَ ٱلإنْسٰنَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ
Artinya, “1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan.2. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. 4. Yang mengajarkan(manusia) dengan
perantara kalam. 5. Ia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Ayat tersebut,
yang merupakan ayat yang pertama kali turun, mempertegas pentingnya kedudukan
ilmu dalam ajaran Islam. Ayat tersebut mengajak manusia untuk membaca, membaca
berbagai hal, bukan hanya membaca buku, namun termasuk juga membaca alam,
membaca lingkungan dan membaca kedaan yang ada. Akhirnya dengan memiliki ilmu
pengetahuan. Maka orang tersebut akan meyadari kelemahannya sekaligus menyadari
keagungan tuhannya sehingga membawa orang tersebut pada rasa takut untuk
melawan tuhannya
Sebagaimana
dalam QS. Fatir ayat 28 berikut:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ
وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun. (QS. Fatir:28)
Selain
ayat-ayat tersebut, terdapat juga hadis yang mejelaskan kewajiban mencari ilmu,
عن انس بن مالك رضي الله عنه قال : قال رسولُ الله صلّى الله
عليه و سلّم, طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ على كُلِّ مُسْلِمٍ و وإنَّ طاَلِبَ
الْعِلْمِ يَسْتغْفِرُ لَهُ كُلُّ شئٍ حَتّى ألحِيْتَانَ في البَحْرِ (رواه ابن
عبد الرحمن)
Artinya,“Dari Anas ibn Malik r.a. berkata: Rasulullah SAW. bersabda:
menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam, karena sesungguhnya semua (makhluk) sampai binatang-binatang yang ada di
laut memohonkan ampun untuk orang yang menuntut ilmu.”(H.R. Ibnu Abdurrahman)
Berdasarkan
berbagai dalil al-Qur’an maupun hadis yang ada, maka dapat kita Tarik
kesimpulan bahwa Islam menganggap penting dan mengutamaan ilmu pengetahuan.
Karena tanpa ilmu penegtahuan yang cukup. Seseorang tidak bisa beribadah dengan
benar, tidak akan bisa sampai kepada tuhannya.
3.
Ilmu dalam
Sejarah Peradaban Islam
Dalam catatan
sejarah, ilmu penegtahuan modern saat ini terbentuk berkat sumbangan dari agama
Islam. Rosulullah sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin pemeritahan
mengajak umatnya untuk terus mencari ilmu. Pada masa selanjutnya umat Islam terus
mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat pada
masa Bani Umayyah dan mencapai puncak kejayaannya pada masa Bani Abbasiyyah.
Jika kita menelah lebih dalam. Perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa kejayaan muncul sebagai akibat suntikan semangat
mencari ilmu yang diberikan Rosulullah. Ditambah dengan terbukanya pemerintahan
Bani Abbasiyah terhadap pemikiran-pemikiran filosof yunani. Sehingga para
pemikir Islam muai mengkaji filsafat. Pemikiran para Filosof Yunani itu mulai
membuat pemikir Muslim membaca Alam lebih jauh lagi. Dan akhirnya mereka dapat
merumuskan pemikiran mereka dan melahirkan ilmu-illmu baru pada masa itu.
Dari pembacaan
terhadap alam sekitarnya, para pemikir Muslim menemukan Keberadaan Allah
subhanahu wa ta’ala dalam setiap ciptaannya. Sehingga hal tersebut dapat
memperkuat keimanan mereka akan kebenaran ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam. Seseorang tidak dapat menjalani kehidupanya secara
baik tanpa adanya ilmu penegtahuan. Oleh karena itudalam ajaran Islam, ilmu
merupakan hal yang sangat penting.
Salah satu
tokoh muslim yang menguasai berbagai Ilmu dan menunjukkan betapa pentingnya Ilmu
pengetahuan adalah Hujjatul Islam Imam al-Ghozali.beliau sejak muda sudah
memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Setiap bertemu ahli suatu ilmu,
maka beliau bertanya dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari orang terebut.
Sampai akhirnya al-ghozali mencapai keilmuan yang sangat mendalam.
Dalam
perjalanan hidupnya, awalnya al-ghozali mendalami ilmu kalam,namun dia
menemukan kenyataan bahwa ilmu kalam lebih terfous pada pemahaman akal terhadap
ayat-ayat a-Qur’an untuk melawan orang-oarang yang berusaha menyerang aqidah Islam.al-Ghozali
merasa tidak puas dengan kebenaran yag didapatnya dari ilmu kalam.
Kemudian
al-Ghozali mecoba menemukan kebenaran yang hakiki dengan cara terjun mendalami
filsafat. Dalam proses mengaji filsafat,al-Ghozali menemukan kenyataaan bahwa
begitu banyak pemikiran ahli filsafat yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Sampai al-Ghozali membuat sebuah kitab yang berusaha membantah pemikiran para
ahli filsafat yakni tahafut al-falasifah.
Selanjutnya
al-ghozali mencoba masuk pada dunia tasawwuf. Dan disinilah al-ghozali
menemukan yang dicari. Al-ghozali menemukan hakikat ilmu. Ilmu yang diyakini
tanpa menyisakan keraguan sedikitpun. Iniah yang disebut hakikat ilmu atau ilmu
yakin menurut al-Ghozali.
Kisah
perjalanan al-Ghozali menunjukkan pentingnya ilmu. Bahkan al-Ghozali memahami
secara mendalam semua ilmu sehingga dia dapat menunjukkan mana yang lebih benar
setelah mendalami semua ilmu yang ada. Pemahaman yang mendalam seperti yang
dialami al-Ghozali menghasilkan keimanan dan menjadikan al-Ghozali bermanfaat
bagi umat Islam sebagaimana yang diharapkan dan dianjurkan oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam.
B.
Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
Perkembangan
ilmu pengetahuan dapat diidentifikasi kedalam beberapa periode sebagai berikut:[5]
1.
Zaman
pra-Yunani Kuno
Periode pra-Yunani Kuno
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Pertama,know
how dalam
kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.
Kedua, pengetahuan
yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dngan sikap receptive
mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
Ketiga, kemampuan
menemukan abjad dan system bilangan alam sudah menampakkan perkembangan
pemikiran manusia ketingkat abstraksi.
Keempat, kemampuan
menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap
hasil abstraksi yang dilakukukan.
Kelima, kemampuan
meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang
pernah terjadi.
2.
Zaman Yunani
Kuno
Zaman yang dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ini memiliki
ciri sebagai berikut;
Pertama, pada masa
ini setiap orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide pendapatnya.
Kedua, masyarakat
pada masa ini tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi, yang dianggap sebagai
bentuk pseudo-rasioal.
Ketiga, masyarakat
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap meyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang
menjadi cikal-bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
3.
Zaman
Pertengahan (Middle Age)
Era pertengahan ini ditandai dengan tampilnya para theology di
lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia Eropa. Para ilmuan pada masa itu
hamper semuanya adalah para Theolog. Sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk
mendukung kebenaran agama. Namun, di Timur terutama Negara-negara Islam justru
terjadi perkembangan ilmu pemgetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman
pertengahan lebih berkutat pada masalah-masalah keagamaan, maka peradaban dunia
Islam melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof yunani,
dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya.
Sumbangan
sarjana Islam dapat diklasifikasikan kedalam tiga bidang, yaitu:
1.
Menerjemahkan peninggalan bangsa
Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia
barat seperti sekarang ini.
2.
Memperluas pengamatan dalam
lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan
ilmu tumbuh-tumbuhan.
3.
Menegaskan system decimal dan
dasar-dasar aljabar
Pada zaman abad tengah, ketika manusia eropa
berada dalam masa tidur panjang akibat pengaruh dogma-dogma agama, maka
kebudayaan Islam di zaman abbasiyah berada pad puncak keemasannya.
4.
Zaman
renaissance ( 14-17 M )
Zaman renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali
pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan
ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Manusia pada zaman renaissance adalah manusia yang merindukan peikiran yang
bebas, seperti pada zaman Yunani kuno. Pada zaman renaissance manusia disebut sebagai animal rasionale,
karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia
ingin mencpai kemajuan (progress) atas
hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi.
Penemuan-penemuan
ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang
astronomi. Tokoh-tokonya yang terkenal seperti: Copernicus, kepler, galileo
galilei. Langah-langkah yang dilakukan galileo dalam bidang ini menanamkan
pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena
menunjukkan beberapa hal seperti: pengamatan(observation), penyingkiran
(eliminasion) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati,
idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut,
peramalan (prediction), pengukuran(measurement), dan percobaan (experiment)
untuk menuji teori yang didasarkan pada ramalan maematik.
5.
Zaman modern
Zaman modernisasi ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang
ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada pada zaman modern ini sesungguhnya
sudah dirintis sejak zaman renaissance, yaitu pemulaan abad 14. Benua eropa
dipandang sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa ini memiliki tiga sumber, yaitu:
a.
Hubugan antara kerajaan Islam di
semenanjung Iberia dengan Negara-negara perancis. Para pendeta di perancis
banyak yang belajar di spanyol,kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu pengetahuan
yang diperolehnya itu di lembaga pendidikan di perancis
b.
Perang Salib yang terulang sebanyak
enam kali tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan
para tentara atau serdadu eropa yang berasal dari berbagai Negara itu menyadari
kemajuan Negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu
sekembalinya di Negara-negara masing-masing.
c.
Pada tahun 1453 istambul jatuh
ketangan bangsa turki, sehinga para pendeta atau sarajana mengungsi ke itali
atau Negara-negara lain. Mereka ini menjadi pionir-pionir bagi perkembangan
ilmu di eropa.
Tokoh yang dikenal sebagai bapak filsafat
modern Rene Descartes. Ia telah mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi
landasan berpikir dalam ilmu pengetahuan modern. Langkah-langkah berpikir
menurut Descartes adalah sebagai berikut:
a.
Tidak meyakini apapun sebagai hal
yang benar, kecuali kalau diyakini sendiri bahwa itu memang benar.
b.
Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk
mempermudah penyelesaian.
c.
Berpikir runtut dengan mulai dari
hal yang sederana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
d.
Perincian yang lengkap dan
pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan,
C.
Konstruk Ilmu
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan harus memiliki tiga landasan
umtuk dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan yang benar. Adapun tiga landasan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.
Landasan
ontologis
Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya
titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian
filososfis yang dimiliki oleh seorang ilmuan. Sikap atau pendirian filosofis
secara garis besar dapat dibedakan kedalam dua mainstream, aliran besar yang
mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu materialisme dan
spiritualisme. [6]
Materialisme adalah suatu pandangan metafisik
yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Bahkan pikiran
dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan pada
unsur-unsur fisik. Materi adalah suatu hal yang kelihatan, dapat diraba,
berbentuk, menempati ruang.
Spiritualisme adalah suatu pandangan
metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan
mendasari seluruh alam. Pengembangan ilmu berdasarkan pada materialisme
cenderung pada ilmu-ilmu kealaman dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk
bagi pengembangan ilmu-ilmu lain. Dalam perkembangan imu modern, aliran ini
disuarakan oleh positivism. Sedangkan spiritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian
dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pegembangan
bidang-bidang ilmu lain. Jadi landasan ontologis ilmu pengetahuan sangat
tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Manakala realitas yang
dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala
realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada
ilmu-ilmu humaniora.
Melihat dua aliran tersebut, jika dilakukan
penggabungan antara keduanya, dalam artian tidak hanya membatasi pada yang
dapat diamati secara panca indera saja. Tetapi lebih diperluas juga pada rasio
(pikiran) maka objek telaahnya menjadi tidak terbatas pada “wujud” materi
semata. Tidak hanya objek yang bersifat fisik materi, tapi juga mencakup objek
metafisika.
b.
Landasan
epistemologis
Landasan epistemologis pengembangan ilmu
artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan
prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah
metodologi ilmiah. Metodologi ilmiah secara garis besar dibedakan ke dalam dua
kelompok, yaitu siklus empiric untuk ilmu-ilmu kealaman, dan metode linier
untuk ilmu-ilmu social-humanioara. Cara kerja metode siklus empirik meliputi
observasi, penerapan metode induksi, melakukan ekperimentsi (percobaan)
verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan, sehingga
melahirkan sebuah teori. Sedangkan cara kerja metodologi linier meliputi
langkah—langkah antara lain: persepsi yaitu penangkap inderawi terhadap
realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah pengertian (konsepsi), akhirnya
dilakukan prediksi atau peramalan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi di masa depan.[7]
Dalam filsafat Islam, kebenaran adalah yang
sesuai dengan wahyu. Dan dalam mencari kebenaran, umat Islam tidak hanya
membaca wahyu dalam bentuk teks. Karena wahyu tidak hanya dalam bentuk teks.
Namun alam semesta pun merupakan wahyu tuhan. Sehingga dalam mencari kebenaran
tidak keluar dari kebenaran Tuhan.
c.
Landasan
aksiologis
Landasan aksiologis pengembangan ilmu
merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama
dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenaranya. Sehingga suatu
aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideology yang dianut
oleh msayarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan.[8]
Setiap ilmu harus memiliki nilai dan
kemanfaatan, bukan sebagai tempat persaingan yang akhinya dapat menghancurkan.
Nilai dalam ilmu inilah yang menjadi penentu ilmu itu bermanfaat atau tidak.
D.
Kontribusi
ilmu pengetahuan dalam membangun kemanusiaan dan peradaban
Setelah mengetahui apa itu ilmu dan pentingnya
ilmu dalam pandangan Islam, baik secara normatif maupun historis. Serta
pemahaman tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan serta konstruk ilmu
penegtahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan yang harus memiliki landasan
ontologis, epistemologis dan aksiologis. Lalu bagaimana ilmu pengetahuan dapat
membangun kemanusiaaan dan peradaban?
Ilmu pengetahuan yang membangu kemanusiaan dan
peradaan adalah pengetahuan yang seimbang dan memiliki tiga lanadasan dasar
ilmu pengetahuan yakni epistemmologi, ontologi dan aksiologi. Dan dalam
penerapannya, ilmu pengetahuan tidak lagi memandang mana ilmu agama, namun
memanfaatkan semuanya.
Ilmu pengetahuan yang dapat membagun
kemanusiaan dan peradaban bukan lagi ilmu semisal ilmu tafsir yang hanya
membaca ayat al-Qur’an namun juga membca ayat sekitarnya sehingga kajiannya
dapat menunjukkan dampak langsung berupa perubahan di masyarakat. Atau
ilmu-ilmu eksak yang awalnya hanya membaca ilmu fisik tanpa memperhatikan sisi
rohani. Jika hal tersebut tetap dibiarkan saja, maka ilmu pengetahuan yag
muncul adalah ilmu yang hanya mengembangkan pengetahuan dan teknologi tanpa
memperhatikan kemanfaatan ilmu tersebut ataupun resiko dan akibat yang
dihasilkan dari ilmu tersebut.
Singkatnya, ilmu pengetahuan harus
mempertimbangkan mana sisi kemanfaatanya bagi sekitarnya. Bukan hanya
mengembangkan ilmu tanpa memberikan dampak positif bagi manusia dan alam
sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode penelitian. Dari
pengetahuan ini, ilmu lebih bersifat kegiatan daripada produk yang siap
dikonsumsikan. Ilmu merupakan hal yang penting, dalam ajaran Islam, ilmu
mendapat tempat yang penting dan merupakan perantara untuk sampai kepada tuhan.
Dalam catatan
sejarah perjalanan dan perkembangan ilmu, agama Islam memberikan sumbangsih
yang tidak sedikit untuk perkembangan ajaran Islam. Maka Islam pada masa
sekarang perlu membangkitkan kembali semangatnya untuk membentuk kemali Islam
yang jaya sebagaimana pada masa lalu
Ilmu memiliki
kontruk pada tiga landasan, yakni epistemologis, ontologis dan aksiologis. Tiga
hal ini mempengaruhi ilmu itu terbentuk dan agaimana ilmu itu dibentuk.namun
akhirnya yang terpenting adalah bagaimana ilmu itu menjadi bermanfaat.
Bentuk kontribusi
ilmu dalam membangun perdaban dapat tercapai jika ilmu terseut memang
dimanfaatkan sesuai dengan sebagaimana seharusnya. Bukan hanya ilmu eksak namun
harus diimangi dengan ilmu metafisik yang kombinasi keduanya dapat menghsilkann
ilmu yang beguna dan bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban.
[1]
Jujun S. suriasumantri, ‘ilmu dalam perspektif”, Jakarta, Yayasan Obor
Indonesia, 2006. Hal. 9
[2]
Mohsen ghorowiyah. “Pengantar memahami buku daras filsafat Islam”. Jakarta.
Sadra press. 2012. Hal. 32
[3]
http://kbbi.web.id/ilmu.
Diakses pada tanggal 04 januari 2017 pukul 01.12
[4]
Soetriono, falsafah ilmu dan metodologi penelitian, Yogyakarta, CV.Andi offset,
2007, Hal. 12
[5]
Rizal mustansir, misnal munir. “filsafat Ilmu”. Yogyakarta. Pustaka pelajar.2001.
Hal. 126-134
[6]
Ibid., hal. 10
[7]
Ibid., hal. 16
[8]
Ibid., hal. 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar