Sabtu, 10 Juni 2017

PERAN ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM UNTUK KEMANUSIAAN DAN PERADABAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu pengetahuan pasti memiliki unsur-unsur pembangun atau konstruknya. Dan dalam pembahasan ilmu pengetahuan secara filsafat banyak sekali pendapat yang mempengaruhi sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda dan menghasilkan akibat yang bermanfaat atau merugikan tergantung dari unsur pembangun dari ilmu itu dan bagaimana ilmu itu digunakan. Jika ilmu itu hanya memandang sisi fisik dari hal yang dikaji maka akan menghasilkan pemahaman berupa ilmu eksak atau ilmu fisik saja. Yang akhirnya melahirkan ilmu pengetahuan yang menghasilkan berupa teknologi seperti saat ini. Namun ada resiko bahwa ilmu peegtahuan dan teknologi tersebut menghasilkan dampak yang beresiko bagi kehidupan.
            Suatu ilmu yang hanya mengkaji tentang agama saja misalnya, akhirnya dikhawatirkan tidak dapat menghasilkan kemanfaatan secara nyata bagi manusia secara umum. Karena kajian agama dewasa ini banyak yang hanya menjelaskan hablun minallah saja tanpa memperhatikan hablun minannas dan hablun minalalam.
Berdaasarkan hal itu maka ilmu pengetahuan harus dapat diarahkan dan dikembangkan demi membangun kemanusiaan dan peradaban umat manusia. Dengan berbagai cara yang dapat kita lakukan. Yang terpenting adalah ilmu tersebut tidak hanya focus pada pada satu titik namun harus berkembang dan menghasilkan kemanfaatan. Dan unutuk mencapai kemanfaatan tersebut perlu dilakukan kajian tentang ilmu itu sendiri dan unsur-unsur pembangunnya.
            Bertolak dari penjabaran diatas, maka penulis mencoba menjabarkan tentang ilmu secara deskriptif dan menjelaskan sejarah perkembangan ilmu serta kontruk ilmu pengetahuan itu sendiri.
B.     Rumusan masalah
a.       Bagaimana Islam memandang Ilmu Penegtahuan?
b.      Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Pengetahuan?
c.       Bagaimana seharusnya kostruk Ilmu Pengetahuan?
d.      Bagaimana kontribusi Ilmu dalam kemanusiaan dan peradaan?
C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah falsafah kesatuan ilmu dan untuk membantu penulis khususnya dan pembaca sekalian umumnya untuk lebih memahami kontribusi ilmu pengetahuan Islam bagi kemanusiaan dan peradaban. Serta membantu penulis untuk proses belajar dan perbaikan penulisan karya tulis ilmiah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ilmu dalam Pandangan Islam
1.      Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab    علم, masdar dari lafadz علم  -يعلم  yang berari tahu atau mengetahui. Dalam Bahasa Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata Science, sedang pengetahuan dengan Knowledge.
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode penelitian. Dari pengetahuan ini, ilmu lebih bersifat kegiatan daripada produk yang siap dikonsumsikan.[1]
Definisi yang  lain, ilmu diartikan sebagai rangkaian proposisi yang hanya bisa dibuktikan melalui eksperimen indrawi.[2] Sedangkan Menurut devinisi kamus besar bahasa Indonesia, Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.[3]
Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang ang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang, metode, dan system tertentu. Jadi pengetahuan yang benar tentang obyek itu tidak bisa dicapai secara langsung dan sifat dari padanya adalah khusus.[4]
2.      Ilmu dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadits
Dalam agama Islam, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting. Hal ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang tinggi dan mulya derajat orang-orang yang berilmu. Ditambah lagi hadits-hadits yang menunjukkan bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Diantaraya adalah disebutkan dalam QS. Almujadila ayat 11:
يَا اَيُّهَا الَّذِ ْينَ اَمَنُوْا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فى المجالس فافسحوا يفسح الله لكم واذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجت  والله بما تعلمون خبير
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “berlapang-lapanglah dalam majlis” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “berdirilah kamu “, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan bebberapa derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi Ilmu Pengetahuan. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-mujadila : 11)
Dari ayat tersebut, kita dapat memahami bahwa Ilmu merupakan hal yang penting dalam Agama Islam. Islam meninggikan derajat orang-orang yang memiliki Ilmu. Dalam ayat lain Allah menjelaskan betapa pentingnya membaca yang merupakan salah satu media terbaik dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
ٱقْرأْ بٱسْمِ رَبِّكَ ٱلّذَي خَلَقَ۝ خَلَقَ ٱلإنْسٰنَ مِنْ عَلَقٍ۝ٱقْرأْ وَرَبُّك ٱلأَكْرَمُ۝ٱلّذِي عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ۝ عَلَّمَ ٱلإنْسٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ۝
Artinya, “1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.2. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. 4. Yang mengajarkan(manusia) dengan perantara kalam. 5. Ia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Ayat tersebut, yang merupakan ayat yang pertama kali turun, mempertegas pentingnya kedudukan ilmu dalam ajaran Islam. Ayat tersebut mengajak manusia untuk membaca, membaca berbagai hal, bukan hanya membaca buku, namun termasuk juga membaca alam, membaca lingkungan dan membaca kedaan yang ada. Akhirnya dengan memiliki ilmu pengetahuan. Maka orang tersebut akan meyadari kelemahannya sekaligus menyadari keagungan tuhannya sehingga membawa orang tersebut pada rasa takut untuk melawan tuhannya

Sebagaimana dalam QS. Fatir ayat 28 berikut:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fatir:28)
Selain ayat-ayat tersebut, terdapat juga hadis yang mejelaskan kewajiban mencari ilmu,
            عن انس بن مالك رضي الله عنه قال : قال رسولُ الله صلّى الله عليه و سلّم, طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ على كُلِّ مُسْلِمٍ و وإنَّ طاَلِبَ الْعِلْمِ يَسْتغْفِرُ لَهُ كُلُّ شئٍ حَتّى ألحِيْتَانَ في البَحْرِ (رواه ابن عبد الرحمن)
Artinya,“Dari Anas ibn Malik r.a. berkata: Rasulullah SAW. bersabda: menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam, karena sesungguhnya semua (makhluk) sampai binatang-binatang yang ada di laut memohonkan ampun untuk orang yang menuntut ilmu.”(H.R. Ibnu Abdurrahman)
Berdasarkan berbagai dalil al-Qur’an maupun hadis yang ada, maka dapat kita Tarik kesimpulan bahwa Islam menganggap penting dan mengutamaan ilmu pengetahuan. Karena tanpa ilmu penegtahuan yang cukup. Seseorang tidak bisa beribadah dengan benar, tidak akan bisa sampai kepada tuhannya.
3.      Ilmu dalam Sejarah Peradaban Islam
Dalam catatan sejarah, ilmu penegtahuan modern saat ini terbentuk berkat sumbangan dari agama Islam. Rosulullah sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin pemeritahan mengajak umatnya untuk terus mencari ilmu. Pada masa selanjutnya umat Islam terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat pada masa Bani Umayyah dan mencapai puncak kejayaannya pada masa Bani Abbasiyyah.
 Jika kita menelah lebih dalam. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kejayaan muncul sebagai akibat suntikan semangat mencari ilmu yang diberikan Rosulullah. Ditambah dengan terbukanya pemerintahan Bani Abbasiyah terhadap pemikiran-pemikiran filosof yunani. Sehingga para pemikir Islam muai mengkaji filsafat. Pemikiran para Filosof Yunani itu mulai membuat pemikir Muslim membaca Alam lebih jauh lagi. Dan akhirnya mereka dapat merumuskan pemikiran mereka dan melahirkan ilmu-illmu baru pada masa itu.
Dari pembacaan terhadap alam sekitarnya, para pemikir Muslim menemukan Keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala dalam setiap ciptaannya. Sehingga hal tersebut dapat memperkuat keimanan mereka akan kebenaran ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Seseorang tidak dapat menjalani kehidupanya secara baik tanpa adanya ilmu penegtahuan. Oleh karena itudalam ajaran Islam, ilmu merupakan hal yang sangat penting.
Salah satu tokoh muslim yang menguasai berbagai Ilmu dan menunjukkan betapa pentingnya Ilmu pengetahuan adalah Hujjatul Islam Imam al-Ghozali.beliau sejak muda sudah memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Setiap bertemu ahli suatu ilmu, maka beliau bertanya dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari orang terebut. Sampai akhirnya al-ghozali mencapai keilmuan yang sangat mendalam.
Dalam perjalanan hidupnya, awalnya al-ghozali mendalami ilmu kalam,namun dia menemukan kenyataan bahwa ilmu kalam lebih terfous pada pemahaman akal terhadap ayat-ayat a-Qur’an untuk melawan orang-oarang yang berusaha menyerang aqidah Islam.al-Ghozali merasa tidak puas dengan kebenaran yag didapatnya dari ilmu kalam.
Kemudian al-Ghozali mecoba menemukan kebenaran yang hakiki dengan cara terjun mendalami filsafat. Dalam proses mengaji filsafat,al-Ghozali menemukan kenyataaan bahwa begitu banyak pemikiran ahli filsafat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Sampai al-Ghozali membuat sebuah kitab yang berusaha membantah pemikiran para ahli filsafat yakni tahafut al-falasifah.
Selanjutnya al-ghozali mencoba masuk pada dunia tasawwuf. Dan disinilah al-ghozali menemukan yang dicari. Al-ghozali menemukan hakikat ilmu. Ilmu yang diyakini tanpa menyisakan keraguan sedikitpun. Iniah yang disebut hakikat ilmu atau ilmu yakin menurut al-Ghozali.
Kisah perjalanan al-Ghozali menunjukkan pentingnya ilmu. Bahkan al-Ghozali memahami secara mendalam semua ilmu sehingga dia dapat menunjukkan mana yang lebih benar setelah mendalami semua ilmu yang ada. Pemahaman yang mendalam seperti yang dialami al-Ghozali menghasilkan keimanan dan menjadikan al-Ghozali bermanfaat bagi umat Islam sebagaimana yang diharapkan dan dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
B.     Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan dapat diidentifikasi kedalam beberapa periode sebagai berikut:[5]
1.      Zaman pra-Yunani Kuno
Periode pra-Yunani Kuno  memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Pertama,know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.
Kedua, pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dngan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
Ketiga, kemampuan menemukan abjad dan system bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ketingkat abstraksi.
Keempat, kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukukan.
Kelima, kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi.
2.      Zaman Yunani Kuno
Zaman yang dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ini memiliki ciri sebagai berikut;
Pertama, pada masa ini setiap orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide pendapatnya.
Kedua, masyarakat pada masa ini tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi, yang dianggap sebagai bentuk pseudo-rasioal.
Ketiga, masyarakat tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap meyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal-bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
3.      Zaman Pertengahan (Middle Age)
Era pertengahan ini ditandai dengan tampilnya para theology di lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia Eropa. Para ilmuan pada masa itu hamper semuanya adalah para Theolog. Sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Namun, di Timur terutama Negara-negara Islam justru terjadi perkembangan ilmu pemgetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman pertengahan lebih berkutat pada masalah-masalah keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya.
Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan kedalam tiga bidang, yaitu:
1.      Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia barat seperti sekarang ini.
2.      Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
3.      Menegaskan system decimal dan dasar-dasar aljabar
Pada zaman abad tengah, ketika manusia eropa berada dalam masa tidur panjang akibat pengaruh dogma-dogma agama, maka kebudayaan Islam di zaman abbasiyah berada pad puncak keemasannya.
4.      Zaman renaissance ( 14-17 M )
Zaman renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman renaissance adalah manusia yang merindukan peikiran yang bebas, seperti pada zaman Yunani kuno. Pada zaman renaissance  manusia disebut sebagai animal rasionale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin  mencpai kemajuan (progress) atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi.
Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokonya yang terkenal seperti: Copernicus, kepler, galileo galilei. Langah-langkah yang dilakukan galileo dalam bidang ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti: pengamatan(observation), penyingkiran (eliminasion) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati, idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut, peramalan (prediction), pengukuran(measurement), dan percobaan (experiment) untuk menuji teori yang didasarkan pada ramalan maematik.
5.      Zaman modern
Zaman modernisasi ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance, yaitu pemulaan abad 14. Benua eropa dipandang sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini memiliki tiga sumber, yaitu:
a.       Hubugan antara kerajaan Islam di semenanjung Iberia dengan Negara-negara perancis. Para pendeta di perancis banyak yang belajar di spanyol,kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya itu di lembaga pendidikan di perancis
b.      Perang Salib yang terulang sebanyak enam kali tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu eropa yang berasal dari berbagai Negara itu menyadari kemajuan Negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di Negara-negara masing-masing.
c.       Pada tahun 1453 istambul jatuh ketangan bangsa turki, sehinga para pendeta atau sarajana mengungsi ke itali atau Negara-negara lain. Mereka ini menjadi pionir-pionir bagi perkembangan ilmu di eropa.
Tokoh yang dikenal sebagai bapak filsafat modern Rene Descartes. Ia telah mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi landasan berpikir dalam ilmu pengetahuan modern. Langkah-langkah berpikir menurut Descartes adalah sebagai berikut:
a.       Tidak meyakini apapun sebagai hal yang benar, kecuali kalau diyakini sendiri bahwa itu memang benar.
b.      Memilah-milah masalah  menjadi bagian-bagian terkecil untuk mempermudah penyelesaian.
c.       Berpikir runtut dengan mulai dari hal yang sederana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
d.      Perincian yang lengkap dan pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan,
C.    Konstruk Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan harus memiliki tiga landasan umtuk dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan yang benar. Adapun tiga landasan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.      Landasan ontologis
Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filososfis yang dimiliki oleh seorang ilmuan. Sikap atau pendirian filosofis secara garis besar dapat dibedakan kedalam dua mainstream, aliran besar yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu materialisme dan spiritualisme. [6]
Materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Bahkan pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Materi adalah suatu hal yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk, menempati ruang.
Spiritualisme adalah suatu pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Pengembangan ilmu berdasarkan pada materialisme cenderung pada ilmu-ilmu kealaman dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi pengembangan ilmu-ilmu lain. Dalam perkembangan imu modern, aliran ini disuarakan oleh positivism. Sedangkan spiritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pegembangan bidang-bidang ilmu lain. Jadi landasan ontologis ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humaniora.
Melihat dua aliran tersebut, jika dilakukan penggabungan antara keduanya, dalam artian tidak hanya membatasi pada yang dapat diamati secara panca indera saja. Tetapi lebih diperluas juga pada rasio (pikiran) maka objek telaahnya menjadi tidak terbatas pada “wujud” materi semata. Tidak hanya objek yang bersifat fisik materi, tapi juga mencakup objek metafisika.
b.      Landasan epistemologis
Landasan epistemologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metodologi ilmiah. Metodologi ilmiah secara garis besar dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu siklus empiric untuk ilmu-ilmu kealaman, dan metode linier untuk ilmu-ilmu social-humanioara. Cara kerja metode siklus empirik meliputi observasi, penerapan metode induksi, melakukan ekperimentsi (percobaan) verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan, sehingga melahirkan sebuah teori. Sedangkan cara kerja metodologi linier meliputi langkah—langkah antara lain: persepsi yaitu penangkap inderawi terhadap realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi atau peramalan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.[7]
Dalam filsafat Islam, kebenaran adalah yang sesuai dengan wahyu. Dan dalam mencari kebenaran, umat Islam tidak hanya membaca wahyu dalam bentuk teks. Karena wahyu tidak hanya dalam bentuk teks. Namun alam semesta pun merupakan wahyu tuhan. Sehingga dalam mencari kebenaran tidak keluar dari kebenaran Tuhan.
c.       Landasan aksiologis
Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenaranya. Sehingga suatu aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideology yang dianut oleh msayarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan.[8]
Setiap ilmu harus memiliki nilai dan kemanfaatan, bukan sebagai tempat persaingan yang akhinya dapat menghancurkan. Nilai dalam ilmu inilah yang menjadi penentu ilmu itu bermanfaat atau tidak.
D.    Kontribusi ilmu pengetahuan dalam membangun kemanusiaan dan peradaban
Setelah mengetahui apa itu ilmu dan pentingnya ilmu dalam pandangan Islam, baik secara normatif maupun historis. Serta pemahaman tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan serta konstruk ilmu penegtahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan yang harus memiliki landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Lalu bagaimana ilmu pengetahuan dapat membangun kemanusiaaan dan peradaban?
Ilmu pengetahuan yang membangu kemanusiaan dan peradaan adalah pengetahuan yang seimbang dan memiliki tiga lanadasan dasar ilmu pengetahuan yakni epistemmologi, ontologi dan aksiologi. Dan dalam penerapannya, ilmu pengetahuan tidak lagi memandang mana ilmu agama, namun memanfaatkan semuanya.
Ilmu pengetahuan yang dapat membagun kemanusiaan dan peradaban bukan lagi ilmu semisal ilmu tafsir yang hanya membaca ayat al-Qur’an namun juga membca ayat sekitarnya sehingga kajiannya dapat menunjukkan dampak langsung berupa perubahan di masyarakat. Atau ilmu-ilmu eksak yang awalnya hanya membaca ilmu fisik tanpa memperhatikan sisi rohani. Jika hal tersebut tetap dibiarkan saja, maka ilmu pengetahuan yag muncul adalah ilmu yang hanya mengembangkan pengetahuan dan teknologi tanpa memperhatikan kemanfaatan ilmu tersebut ataupun resiko dan akibat yang dihasilkan dari ilmu tersebut.
Singkatnya, ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan mana sisi kemanfaatanya bagi sekitarnya. Bukan hanya mengembangkan ilmu tanpa memberikan dampak positif bagi manusia dan alam sekitarnya.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode penelitian. Dari pengetahuan ini, ilmu lebih bersifat kegiatan daripada produk yang siap dikonsumsikan. Ilmu merupakan hal yang penting, dalam ajaran Islam, ilmu mendapat tempat yang penting dan merupakan perantara untuk sampai kepada tuhan.
Dalam catatan sejarah perjalanan dan perkembangan ilmu, agama Islam memberikan sumbangsih yang tidak sedikit untuk perkembangan ajaran Islam. Maka Islam pada masa sekarang perlu membangkitkan kembali semangatnya untuk membentuk kemali Islam yang jaya sebagaimana pada masa lalu
Ilmu memiliki kontruk pada tiga landasan, yakni epistemologis, ontologis dan aksiologis. Tiga hal ini mempengaruhi ilmu itu terbentuk dan agaimana ilmu itu dibentuk.namun akhirnya yang terpenting adalah bagaimana ilmu itu menjadi bermanfaat.
Bentuk kontribusi ilmu dalam membangun perdaban dapat tercapai jika ilmu terseut memang dimanfaatkan sesuai dengan sebagaimana seharusnya. Bukan hanya ilmu eksak namun harus diimangi dengan ilmu metafisik yang kombinasi keduanya dapat menghsilkann ilmu yang beguna dan bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban.


[1] Jujun S. suriasumantri, ‘ilmu dalam perspektif”, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2006. Hal. 9
[2] Mohsen ghorowiyah. “Pengantar memahami buku daras filsafat Islam”. Jakarta. Sadra press. 2012. Hal. 32
[3] http://kbbi.web.id/ilmu. Diakses pada tanggal 04 januari 2017 pukul 01.12
[4] Soetriono, falsafah ilmu dan metodologi penelitian, Yogyakarta, CV.Andi offset, 2007, Hal. 12
[5] Rizal mustansir, misnal munir. “filsafat Ilmu”. Yogyakarta. Pustaka pelajar.2001. Hal. 126-134
[6] Ibid., hal. 10
[7] Ibid., hal. 16
[8] Ibid., hal. 26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar